Laporan Kunjungan Industri Cau Coklat (Teknologi Kakao)
LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI
TEKNOLOGI KAKAO
CAU CHOCOLATES
(PT. Cau Bali Internasional)
PUTU SUPARTINI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2020
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Teknologi kakao merupakan salah satu mata
kuliah pilihan diprogram studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana, Bali. Matakuliah teknologi kakao mempelajari tentang
jenis-jenis kakoa, pengolahan biji kakao menjadi coklat, hingga proses-proses yang
terjadi selama proses pengolahan. Namun dengan belajar melalui materi teori
saja dirasa masih kurang dan perlu dilakukannya praktikum. Maka dari itu
matakuliah teknologi kakao mengajak mahasiswanya untuk melakukan praktik lapangan
dengan cara melakukan kunjungan industri ke pabrik kakao untuk melihat secara
langsung bagaimana proses pengolahan kakao menjadi coklat. Pada saat kunjungan
kami tetap mentaati protocol kesehatan.
Diadakannya kunjungan industri ke PT. Cau Coklat
Internasional kali dini diharapkan mampu menambah pengalaman mahasiswa tentang
pengolahan kakao, dan memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang pengolahan
biji kakao di industri. Mahasiswa juga diwajibkan membuat laporan tentang
informasi seputaran pengolahan biji kakao menjadi coklat selama melakukan
kunjungan ke Cau coklat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya kunjungan ini yakni:
1.
Mahasiswa
dapat melihat secara langsung proses pengolahan biji kakao
2.
Menambah
wawasan mahasiswa tentang kakao
3.
Mengetahui
bagaimana proses pengolahan coklat di PT. Coklat International
1.3 Waktu
dan Lokasi
Hari : Sabtu, 21 November
2020
Pukul : 09.00 WITA –
Selesai
Tempat : PT. Cau Coklat International
Alamat : Dusun Cau, Desa Tua, kec. Marg, Tabanan, Bali.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cau
PT. Cau Coklat Internasional yang terletak di
Dusun Cau, Desa Tua, kec. Marg, Tabanan, Bali. Cau Chocolates merupakan salah
satu perusahaan yang mengolah kakao menjadi coklat. Dengan desing tulisan I
Love Bali pada kemasan, Cau Chocolates menghadirkan coklat dengan aneka rasa
seperti rasa durian, strawberry, kelapa, jahe, dan lain-lain. bahan baku untuk
prosuksi diperoleh dari perkebunan cau ataupun petani binaan cau. Dibali
khususnya terdapat beberapa daerah dibali penghasil kakao seperti buleleng barat
dan tabanan.
Proses pengolahan coklat di Cau Chocolates mulai dari pemetikan buah kakao dikebun cau, pemecahan buah kakao, fermentasi, pencucian biji kakao, penjemuran, sortasi dan Grading, Roasting, pengupasan kulit dari biji kakao, penggilingan, conching, tempering. Dari keseluruhan proses pengolahan penggilingan, conching, dan tempering merupakan proses penting. Hal ini disebabkan Karena ketiga proses tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan cita rasa dan tekstur.
2.2 Kakao
Buah kakao atau yang lebih dikenal
dimasyarakat dengan buah coklat merupakan buah yang berasal dari Amerika
Tengah/Selatan (Lembah Amazone dan Orinoco). Biji kakao dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan coklat, selain itu lemak kakao juga dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan kosmeti dan farmasi. Secara komersial kakadikenal dengan 3
jenis yakni Criollo, Forastero, dan Trinitario namun di Indonesia jenis kakao
yang umum ditemukan yakni kakao mulia (fine
kakao) dan kakao lindak (bulk kakao).
Pohon kakao ini dapat ditemukan pada daerah tropis
dengan suhu rata-rata 26°C dan memiliki kelembapan yang tinggi. Pohon kakao
termasuk keluarga tanaman sitrus yang berkuncup, berbunga, dan berbuah
seluruhnya pada waktu yang sama. Setiap pohon menghasilkan kira-kira 30 buah
yang tidak seperti jenis buah-buahan lain tumbuh langsung pada batang dan
cabang pohon. Setiap buah berisi kurang lebih 50 biji yang menempel dibagian
dalam buah yang berdaging (Yahyono,2000).
Pemanenan buah kakao dapat menggunakan
pisau/sabit, gunting, atau galah. Buah kakao yang siap dipanen umumnya berwarna
kuning dan jika dipukul seperti ada suara ruang kosong didalam buah.
Biji-bijinya, beserta daging buahnyay ang berwarna putih dikeluarkan dan
ditumpuk dan ditutup dengan daun pisang. Bijinya kemudian dibiarkan meragi
inilah yang disebut dengan fermentasi.
Kakao di Indonesia pada awalnya terdapat di
Sulawesi dan Jawa yakni jenis Criollo, namun karena jenis Criollo tidak dapat
hidup maka dikembangkanlah jenis kakao Forastero. Pada tahun 1970 sampai awal
tahun 1980 kakao di Indonesia berkembang pesat. Ada 3 jenis perkebunan yang
mengelola kakao di Indonesia yakni perkebunan rakyat (penghasil kakao
terbesar), perkebunan swasta, dan perkebunan milik pemerintah.
Jenis-Jenis
Kakao
1. Jenis
Criollo
(figure 1 kakao Criollo (sum: internet))
Kakao
Criollo merupakan jenis kako yang menghasilkan biji kakao dengan mutu terbaik
sebagai kakao mulia, fine
flovour cocoa, choiced cocoa dan edel coco. criollo memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. masa
berbuah lambat.
b. agak
peka terhadap serangan hama dan penyakit.
c. kulit
buah tipis dan mudah diiris.
d. terdapat
10 alur yang letaknya berselang-seling, dimana 5 alur agak dalam dan 5 alur
dangkal.
e. ujung
buah umunya berbentuk tumpul, sedikit bengkok, dan tidak memiliki bottle neck.
f.
tiap buah berisi 30-40 biji, yang
bentuknya agak bulat sampai bulai.
g. endospermaenya
berawrna putih.
h. warna
buah muda umunya merah dan bila sudah masak menjadi orange.
i.
berjumlah lebih kurang 7% dari
produksi kakao dunia dan merupakan jenis edel yang dihasilkan di equador,
venezuela, trinidad, grenada, jamaika, srilangka, indonesia dan samoa.
2. Jenis
Forastero
kakao jenis Forastero umumnya termasuk kakao
bermutu sedang atau bulk cocoa atau lebih dikenal
dengan ordinary cocoa. Kakao forastero memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Pertumbuhan
tanaman kuat dan produksinya tinggi.
b.
Masa
berbuah lebih awal.
c.
Umunya
diperbanyak dengan seamaian hibrida.
d.
Relatif
lebih tahan serangan hama dan penyakit.
e.
Kulit buah
agak keras tetapi permukaanya halus.
f.
Alur-alur
pada kulit buah agak dalam.
g.
Memiliki
bottle neck dan ada pula yang tidak memiliki.
h.
Endospermaenya
berwarna ungu-tua dan berbentuk gepeng.
i.
Kulit
buah berawarna hijau terutama yang berasal dari Amazona
j. Jumlahnya sekitar 93% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis bulk yang dihasilkan Afrika Barat, Brazil dan Dominika.
Kakao jenis Trinitario merupakan hybrida dari
jenis kakao Criollo dan Forastero secara alami sehingga jenis kakao ini sangat
heterogen. Berikut ciri-ciri kakao jenis Trinitario
- Kakao jenis ini
menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada yang
termasuk dalam bulk cocoa.
- Memiliki pertumbuhan
yang cepat.
- Fermentasi singkat.
- Produktivitas
tinggi.
- Tahan penyakit Vaskular
Streak Dieback.
- Bentuknya
bermacam-macam dengan buah berwarna hijau dan merah.
- Biji kakaonya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna unggu muda sampai unggu tua pada saat basah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Dari kunjungan yang dilakukan ke Cau chocolate didapatkan bahwa ada beberapa proses tahapan pengolahan biji kakao menjadi coklat yakni Proses Produksi coklat dimulai dari masa panen buah kakao yang dilanjutkan dengan proses fermentasi untuk mendapatkan cita rasa buah kakao tersebut dan menghilangkan pulp dari buah kakao, kemudian setelah itu dilakukan penjemuran biji, kemudian biji tersebut di roasting kemudian dilanjutkan ke proses winnowing, mixing, conching, tempering dan moulding. Terakhir adalah proses pengemasan. Conching adalah fasa dimana asam-asam volatil yang secara alami terdapat pada komponen-komponen kakao dibuang serta fasa dimana kadar air dikurangi, sehingga pengembangan rasa lembut cokelat dapat berlangsung. Tempering merupakan perlakuan termo-mekanis dari pasta cokelat untuk menciptakan sejumlah kristal lemak yang tersebar secara homogen dan sangat stabil dalam jenis dan ukuran yang tepat. Moulding adalah proses pencetakan coklat. Dalam pembahasan dibawah ini akan dibahas lebih lanjut.
3.2 Pembahasan
Dalam pengolahan biji kakao menjadi coklat di
Cau Chocolates ada beberapa tahapan dan proses sebagai berikut:
1. Proses
Pemanenan dan Pemisahan Biji
Proses
pemanenan dilakukan dengan cara memotong tangkai buah kakao menggunakan
gunting, pisau, atau sabit, dll. Setelah kakao sipanen selanjutnya dilakukan
proses pembelahan biji baik dengan cara di pukul atau dibelah menggunakan
pisau. Lalu selanjutnya biji kakao dipisahkan dengan kulitnya dan plasenta
dengan cara menggunakan pengumpil bilah bamboo/kayu atau mengambil langsung
dengan tangan. 1 pohon kakao dapat menghasilkan 1kg biji basah, sedangkan 3kg
biji basah dapat menghasilkan 1kg biji kering. Setelah diperoleh biji kakao
yang sudah terpisah selanjutnya biji kakao dicuci dan dilakukan peroses
fermentasi.
2.
Fermentasi
Proses
fermentasi atau pemeraman biji kakao di Cau Chocolates dilakukan selama 5 hari.
Pada umumnya waktu fermentasi kakao lindak yakni 5-7 hari sedangkan untuk kakao
mulia sekitar 3-4 hari. fermentasi yang sudah selesai ditandai dengan adanya
aroma asam (disebabkan oleh asam asetat), bila diremas plup mudah lepas, dan
warna biji berubah menjadi coklat.tujuan dilakukannya fermentasi yakni untuk
melepaskan pulp, pembentukan warna, dan pembentukan citarasa.
Fermentasi
di Cau Chocolates masih menggunakan cara tradisional yakni dengan menggunkan
keranjang yang dialasi dan ditutup dengan daun pisang. Dalam dunia industri ada
2 metode fermentasi yakni metode tradisional dan pengembangan. Dalam metode
tradisional biasanya menggunakan kotak (box), keranjang (basket), timbunan
(heap), dan drying platform/tray.
Sedangkan metode pengembangan menggunakan metode pengembangan yakni sime Cadbury
dan fermentasi terputus (broken fermentation).
Pada saat
fermentasi terjadi proses pembentukan precursor flavor (calon citarasa) pada
biji kakao terjadi selama proses permentasi berlangsung. Cita rasa akan
terbentuk apabila fermentasi internal dapat berlangsung. Ketika hasil dari
fermentasi eksternal (asam asetat & alkohol) masuk kedalam biji/kotiledon
yang mampu menyebabkan kematian pada kotiledon sehingga sel-sel akan mati dan
permeabelitas sel juga mati sehingga komponen-komponen sel bebas keluar masuk
yang menyebabkan terjadinya pertemuan antara enzim dan subtract dan terjadilah
reaksi enzimatis yang menyebabkan terbentuknya precursor flavor dan warna.
Pada saat
fermentasi harus dilakukan pengadukan secara rutin dan tepat. pengadukan/aerasi
yang tidak tepat dapat pada saat fermentasi dapat menghasilkan biji slaty
karena pada saat pengadukan yang tidak tepat mengakibatkan biji tidak
terfermentasi dengan sempurna, pada saat proses fermentasi bagian tengah kakao
akan menerima panas yang lebuh dibanding dengan kakao bagian atas, bila tidak
diaduk dengan benar maka biji kakao tidak akan terfermentasi secara seragam
sebab panas yang diterima oleh semua biji kakao tidak merata, hal inilah yang
dapat menyebabkan biji slaty (didalamnya masih berwarna ungu). Jika
pengadukan/aerasi terlalu sering dilakukan maka dapat mengakibatkan suhu rendah
fermentasi rendah dan oksigen yang tinggi sehingga biji akan menjadi slaty
sedangkan pengadukan yang jarang juga dapat mengakibatkan kerusakan pada biji
karena suhu pada kakao akan tinggi dan dapat ditumbuhi oleh jamur.
3.
pencucian
Setelah
dilakukan fermentasi selanjutnya dilakukan perendaman dan pencucian yang
bentujuan untuk menghentikan fermentasi, mengurangi biji kisut, dan membuat
biji lebih mengkilap. Apabila fermentasi dilakukan lebih dari 5 hari maka akan
terjadi over fermentasi yang akan berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan.
Setelah perendaman selama dua jam, akan dilakukan pencucian untuk memisahkan
pulp dari biji kakao, setelah itu ditiriskan lalu biji baru akan dikeringkan
dengan cara dijemur dibawah sinar matahari.
4.
Pengeringan
Pengeringan
dilakukan dengan tujuan menurunkan kadar air dari 60% menjadi 6-7%. Pengeringan
di Cau Chocolates menggunakan dua metode yakni untuk pengolahan coklat pada
pabrik ini dilakukan secara modern Artifcial
dan untuk paket wisata juga ada tersedia cara tradisional Drying Natural Drying (sinar matahari) untuk
mengolah coklat yang digunakan sebagai alat edukasi bagaimana orang pada jaman
dahulu mengolah kakao. yang ditujukan untuk wisatawan
5.
Sortasi
dan Granding
Sortasi dan grading dilakukan dengan tujuan memisahkn biji kakao berdasarkan ukuran dan memiah bahan asing yang ada dibiji kakao.
6.
Roasting
Setelah
proses sortasi dan granding selanjutnya biji kakao melalui proses roasting.
Roasting yakni proses penyangraian biji kakao, pada proses roasting biji kakao
disangrai selama 2 jam. Jika sudah melalui proses roasting selanjutnya
dilakukan proses winnowing pada biji kakao.
7.
Winnowing
Winnoing
merupakan proses pemecahan dan pemisahan biji kakao dengan kulit biji. Biasanya
proses winnowing dilakukan dengan menggunakan alat winnor. Alat ini bekerja
dengan cara menghancurkan biji kemudian kulitnya akan disedot/ditiup
menggunakan blower. Setelah kulit dan nib dipisahkan maka selanjutnya dilakukan
proses penggilingan.
8.
Penggilingan
atau Grinding
Setelah
biji kakao berubah menjadi nib, selanjutnya nib di giling menggunkan mesin agar
menjadi halus. nib akan digiling dengan mesin penggiling yang dilakukan 3 - 4
kali proses penggiligan sehingga pasta yang dihasilkan sangat halus. Dalam
sekali penggilingan untuk satu batch biasanya sekitar 12 - 15 kg akan
menghasilkan 10 - 11 kg pasta yang memerlukan waktu kurang lebih setengah jam.
Setelah dilakukan penggilinga selanjutnya dilakukan pengempaan menggunakan
mesin preasure, pada proses pengepressan ini akan diperoleh dua hasil yakni
kakao powder dan lemak kakao. Kakao powder inilah yang selanjutnya diolah
kembali menjadi coklat batangan.
9.
encampuran
(mixing)
Pada
tahapan ini dilakukan pencamputan antara butter, powder, dan gula menggunakan
mesin repaining selama 24 jam. Setelah pencampuran dilakukan conching.
10 Conching
Proses
conching dilakukan bertujuan untuk menghilangkan rasa-rasa asam pada coklat
yang dihasilkan dan juga untuk mengeluarkan gas-gas pada adonan. Proses
conching yang dilakukan selama 2 ´ 24 jam (48 jam). Untuk kehalusan pada saat
conching telah menggunakan alat ukur dan tingkat kehalusannya 1 mikron serta
termometer untuk mengatur suhu yang digunakan sekitar 50 - 60°C dan
dilakukan dengan kondisi terbuka.
11 Tempering
Lalu
selanjutnya dilakukan proses tempering yang merupakan proses yang paling
penting dalam pengolahan coklat, karena jika proses tempering tidak berjalan
baik maka coklat yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang jelek. Proses
tempering sendiri merupakan proses kristalisasi lemak coklat α dan β. Kedua
lemak tersebut merupakan lemak yang paling penting, yang satu akan
terkristalisasi pada suhu dibawah 30°C dan yang satunya terkristalisasi pada suhu
32°C. Untuk tempering pertama-tama dilakukan pada suhu 40°C
kemudian diturunkan sampai mencapai suhu 28 - 30°C kemudian kembali dinaikan hingga suhu 32°C.
Setelah proses tempering coklat kemudian dicetak. Kesalahan pada proses
tempering akan menyebabkan warna coklat kurang bagus seperti memiliki corak
karena lemak coklat tidak terkristalisasi sempurna. Setelah proses tempering
selanjutnya coklat dimasukan kedalam frezzer selama ½ jam lalu selanjutnya
didiamkan dalam suhu ruang selama 1 hari. tujuan dari dilakukan proses
tempering agar dihasilkan coklat dengan warna yang mengkilap dan ada snap sound
ketika dipatahkan
12 Pencetakan (Mouling) dan Pengemasan
Pencetakan (mouling) dan pengemasan dilakukan dalam suhu ruang.
BAB 4
SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kunjungan industri ini yakni:
1. Cau chocolate memiliki perkebunan pribadi dan mengambil bahan baku dari petani
Proses pembuatan chocolate dimuali dari proses Pemanenan dan Pemisahan Biji, Fermentasi, pencucian, pengeringan, sortasi dan granding, roasting, winnowing, Penggilingan atau Grinding, Pencampuran (mixing), conching, tempering, Pencetakan (Mouling) dan Pengemasan
Komentar
Posting Komentar