Evaluasi Sensori
Pengertian
- Uji rangking
Kartika (1988) mengemukakan bahwa uji rangking dapat
digunakan untuk mengurutkan intensitas mutu dan kesukaan konsumen dan dalam
rangka memilih yang terbaik dan menghilangkan yang terjelek. Uji rangking dapat menggunakan penelis
terlatih untuk uji rangking pembedaan dan panelis tidak terlatih untuk uji
rangking kesukaan.
Uji ranking pada umumnya dilakukan untuk menentukan
urutan sejumlah komoditas atau produk yang berbeda intensitas sifatnya. Selain
itu juga, uji ranking dapat digunakan untuk memperbaiki mutu produk dan memilih
contoh yang terbaik. Dalam uji ranking, panelis diminta untuk mengurutkan
sampel yang diuji menurut intensitas mutu sensorik. Sampel diberi nomor urut
dari intensitas mutu sensorik. Dari segi jumlah contoh yang disajikan, uji
peringkat mirip dengan uji skor dan uji skala, namun dari segi penginderaan
mirip dengan uji pembandingan (Anonim, 2013).
Uji ranking mempunyai kemudahan bagi panelis yaitu dalam
memahami instruksi dan merespon, setelah panelis mengenal sifat indrawi yang
diujikan. Kelebihan lainnya yaitu bahwa data responnya sudah merupakan data
kuantitatif yang kemudian dapat dilakukan berbagai cara menurut keperluan
akuasinya. Uji ranking mempunyai kelemahan yaitu terbatasnya jumlah contoh yang
dapat diuji. Membuat peringkat sampai 6 sampel masih mudah bagi panelis, tetapi
apabila jumlah sampel lebih dari 6, panelis akan mengalami kesulitan (Nur Aini
dkk, 2013).
Respon rangsangan hasil pengujian ranking kemudian
ditabulasi menjadi matriks peringkat. Berdasarkan matriks peringkat dapat
dilakukan beberapa cara analisis data, yaitu:
- Metode rata-rata
- Metode tabel Krammer
- Metode tabel fisher-yates
- Metode analisis perbandingan frekuensi
- Metode analisis perbandingan ganda
- Metode analisis komposit. (Nur Aini dkk, 2013)
Langkah-langkah dalam pengujian Ranking
·
Tiga
atau lebih sampel disajikan secara simultan/ bersamaan.
·
Panelis
diperbolehkan untuk mencicip ulang.
·
Jumlah
sampel sebaiknya berkisar dari 4-6 sampel yang disajikan.
·
Panelis
diminta untuk mengurutkan sampel menurut tingkat kesukaannya.
Menurt Supriyatna (2007), uji ranking termasuk pada uji skalar karena hasil
pengujian oleh panelis telah dinyatakan dalam besaran kesandengan jarak
(interval) tertentu. Dalam uji ini panelis diminta membuat urutan
contoh-contohyang diuji menurut perbedaan tingkat mutu tingkat sensorik. Jarak
atau interval antara jenjang (ranking) ke atas dan ke bawah tidak harus sama,
misalnya jenjang no. 1 dan 2 boleh berbeda dengan jenjang nomor 2 dan nomor 3.
Dalam pengujian penjenjangan, komoditi diurutkan atau diberi nomor urut.
Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi, dan makin kebawah nomor
urut semakin besar. Angka-angka ini tidak menyatakan besar skalar melainkan
nomor urut. Dalam uji ranking, contoh pembanding tidak ada. (Supriyatna, 2007)
Pada besaran skala datanya diperlakukan sebagai nilai pengukuran, karena
itu dapat diambil rata-ratanya dan dianalisis sidik ragam. Data uji rangking
sebagaimana adanya tidak dapat diperlakukan sebagai nilai besaran dan tidak
dapat dianalisis sidik ragam, tetapi mungkin dibuat rata-rata.
Keuntungan dari uji rangking adalah cepat, dapat digunakan untuk
bermacam-macam contoh, prosedur sederhana, dapat menggunakan contoh baku atau
tidak, dan memaksa adanya keputusan relatif karena tidak ada dua contoh pada
rank yang sama. Sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan jumlah atau tingkat
perbedaan. Contoh, nilai satu set data tidak dapat dibandingkan langsung dengan
nilai yang sama pada set data lain dan bilaterdapat perbedaan yang kecil
panelis merasa harus membedakan contoh yang dianggap identik, sehingga dapat
menyebabkan inkonsistensi pada uji rangking (Oktrafina, 2010).
- Uji Deskriptif
Uji deskriptif merupakan uji yang membutuhkan
keahlian khusus dalam penilaiannya karena dalam uji ini panelis harus dapat
menjelaskan perbedaan antara produk-produk yang diuji. Uji deskripsi didesain
untuk mengidentifikasi dan mengukur sifat-sifat sensori. Dalam kelompok
pengujian ini dimasukkan rating atribut mutu dimana suatu atribut mutu
dikategorikan dengan suatu kategori skala (suatu uraian yang menggambarkan
intensitas dari suatu atribut mutu) atau dapat juga besarnya suatu atribut mutu
diperkirakan berdasarkan salah satu sampel, dengan menggunakan metode skala
rasio. Untuk melakukan uji ini, dibutuhkan penguji yang terlatih. Uji
deskriptif terdiri atas Uji Pemberian skor atau pemberian skala. Kedua uji ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan
deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem pemberian skor, angka
digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau
menurun.
Uji deskripsi digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan informasi
mengenai derajat atau intensitaskarakteristik tersebut. Uji ini dapat membantu
mengidentifikasi variabel bahantambahan (ingredient) atau proses yang berkaitan
dengan karakteristik sensori tertentudari produk. Informasi ini dapat digunakan
untuk pengembangan produk baru,memperbaiki produk atau proses dan berguna juga
untuk pengendalian mutu rutin (Anonymous, 2009).
Uji skoring dan skaling dilakukan dengan
menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan desnripsi
tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem skoring, angka digunakan untuk
menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun. Pada Uji
flavor/texture Profile, dilakukan untuk menguraikan karakteristik aroma dan
flavor produk makanan, menguraikan karakteristik tekstur makanan. Uji ini dapat
digunakan untuk mendeskripsikan secara komplit suatu produk makanan, melihat
perbedaan contoh diantara group, melakukan identifikasi khusus misalnya off-flavor
dan memperlihatkan perubahan intensitas dan kualitas tertentu. Tahap ujinya
meliputi: Orientasi sebelum melakukan uji, tahap pengujian dan tahap analisis
dan interpretasi data.
- Uji Hedonik
Uji hedonik adalah uji yang meminta panelis
untuk memberi tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan,
sekaligus tingkatannya. Tingkat kesukaan itu disebut skala hedonik, misalnya
amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak
suka, sangat tidak suka dan amat tidak suka.
Untuk melaksanakan penilaian
organoleptikdiperlukan panel. Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat –
sifat sensori suatu komoditi suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrument
atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai
sifat mutu komiditi berdasarkan kesan subjektif (Winiarti, 1998). Dalam
pengujian ini, dibutuhkan panelis terlatih adalah 15 sampai 25 orang. Panel
terlatih berfungsi sebagai alat analisis, dan pengujian yang dilakukan terbatas
pada kemampuan membedakan. Panel agak terlatih dipilih menurut prosedur
pemilihan panel terlatih, tetapi juga tidak diambil dari orang awam yang tidak
mengenal sifat sensorik dan penilaian organoleptik. Termasuk di dalam panel
semi terlatih adalah sekelompok mahasiswa atau staff peneliti yang dijadikan
panelis secara musiman, panelis semi terlatih terdiri dari 15-25 orang. Panel
ini biasanya digunakan pada uji pembedaan atau uji yang sulit. Panel tak
terlatih memiliki anggota tidak tetap. Pemilihan anggotanya lebih mengutamakan
segi sosial, misalnya latar belakang pendidikan, asal daerah, dan kelas ekonomi
dalam masyarakat. Panel tak terlatih digunakan untuk menguji kesukaan
(Preferencetest) (Soekarto,1985).
Sarnes, Risa, dkk. 2015. Laporan Praktikum Pengembangan
Produk dan
Evaluasi
Sensori
Uji Kesukaan (Hedonik). https://www.academia.edu/12694981 /Laporan_Uji_Hedonik.
Diaskses 27 Mei 2021
Kristianto, Stefanus. Tugas Khusus. http://repository.wima.ac.id/12642/13/bab%
2012 Diakses 27
Mei 2021
Komentar
Posting Komentar